Asmara Subuh, Memadu Cinta dan Mencari Pasangan di Pagi Ramadan

Asmara Subuh, Memadu Cinta dan Mencari Pasangan di Pagi Ramadan

ASMARA Subuh. istilah itu sudah populer di Indonesia sejak lama. Kita sering mendengar kata istilah “Asmara Subuhâ€, praktek asmara subuh dilakukan pada bulan ramadan atau bulan puasa selepas salat subuh. Biasanya asmara subuh dilakukan dengan berkumpul muda dan mudi di tempat-tempat tertentu, seperti pantai yang dekat dengan kota, taman kota, di tempat objek-objek wisata. https://karawangbekasi.jabarekspres.com/2022/04/05/asmara-subuh-memadu-cinta-dan-mencari-pasangan-di-pagi-ramadan/ Atau kalau di pedalaman Karawang di jalana totowang-totowang yang jauh dari kampung. Atau di tanggul-tanggul sungai. Tradisi ini telah menyebar di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Karawang. Namun tidak ada yang mengetahui secara pasti tradisi asmara subuh diadopsi dari budaya mana, namun telah berkembang di Indonesia . praktek asmara subuh seakan telah menjadi ritual bagi muda dan mudi yang wajib harus dilakukan setiap datangnya bulan suci ramadan. Dalam ajaran Islam sendiri jelas tidak dikenal dengan nama atau sebutan asmara subuh. Jika kita melihat suasana asmara subuh sendiri memang terkadang bertentangan dengan ajaran Islam. Bagaimana tidak, muda-mudi yang berpasangan yang saya yakin mayoritas bukan muhrim duduk berdua-duaan di pinggir pantai, ada juga yang bersantai menggunakan kendaraan bagaikan sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Ada juga yang hanya tebar pesona da nada juga yang hanya duduk menyaksikan orang-orang lewat di tempat umum, yang bahayanya ada yang melakukan balap-balapan sepeda motor yang sangat mengandung bahaya bagi dirinya. Di kalangan remaja asmara subuh ada yang memaknai dimana waktu yang memberi kesempatan untuk berkasih mestra, ada juga yang menyebutkan bahwa asmara subuh sebuah ritual berkasih mesra. Tradisi asmara subuh mengandung banyak sisi negative, tak jarang orang juga menolak tradisi ini karena dinilai bertentangan dengan norma agama dan syariat Islam sendiri, walaupun demikan tradisi ini bagaikan telah menjadi bagian dari kalangan remaja. Pakar sejarah UIN Jakarta, Muhammad Arif mengatakan tradisi ini bermula dari para remaja yang bermaksud mencari kearifan dari alam namun semakin mengikuti zaman tradisi itu kerap mengarah negatif. Sebab, saat ini banyak faktor negatif yang mempengaruhi asmara subuh ini. "Secara empiris, agak masif ya karena kegiatan ini ikut dicampuri dengan geng motor, itu yang membuat asmara subuh dikenal negatif," ujar Arif. Menurut Arif, asal muasal tradisi ini ada dan berkembang di beberapa tempat lantaran para remaja tersebut ingin menemukan jati diri atau karakter mereka. Semisal dengan mencari teman, berkumpul dengan teman lainnya sehingga membentuk proses individualisasi mereka. "Faktor psikologis lah yang mempengaruhi mereka, namanya remaja ingin tahu segala hal. Biasanya mereka ini mulai dari SMP hingga SMA. Sehingga perkumpulan mereka ini menjadi daya tarik bagi temannya juga, makalah berkembang fenomena ini," jelas dia. Dia mengimbau, semua pihak dapat turut andil dalam menentukan arah jati diri para remaja ini. Jangan sampai asmara subuh menjadi tempat bagi remaja menuju kesesatan. "Baik dari keluarga, sekolah dan masyarakat harus berperan aktif dan mempunyai kesadaran kolektif secara bersinergi agar nantinya remaja tersebut dapat diarahkan," ungkapnya. Di sisi lain, faktor pendidikan juga amat penting. Arif menyarankan untuk menggunakan konsep revitalisasi pusat pendidikan. Di mana melalui konsep ini, para remaja di intensifikasi secara maksimal. "Dengan acara seminar, itu juga salah satu contohnya sehingga dapat mengkaji asmara subuh ini baik secara unformal, formal dan sekitar," ujar dia. (red)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: